Rabu, 30 Juni 2021

Program Aksi Nyata Yang Berdampak Pada Murid

 

Program Science Center
Oleh:
Syukron Fuad, S.Pd.,Gr.
(CGP – 1 – Kabupaten Tanggamus – Syukron Fuad – Aksi Nyata Modul 3.3)

A.    Peristiwa (Fact)

1.      Latar Belakang

Science center adalah salah satu penunjang proses kegiatan belajar mengajar (KBM) dan dijadikan ekstrakurikuler yang ada di SMPN 3 Pugung, kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian dari pengembangan institusi sekolah. Kegiatan ektrakurikuler sendiri bertujuan untuk mengembangkan bakat dan minat siswa dalam rangka mengembangkan pendidikan siswa seutuhnya. Program Science center berfokus pada pengembangan minat dan bakat siswa terutama dibidang akademik. Program Science center ini merupakan salah satu wujud nyata untuk mewujudnya merdeka belajar dan terbentuknya profil pelajar pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, kreatif, gotong royong, berkebhinekaan global, bernalar kritis, dan mandiri. Adapun program science center adalah sebagai berikut :

1.         Pembinaan soal olimpiade sains terutama pelajaran IPA, IPS dan matematika

2.         Pembinaan AKM (Literasi dan numerasi)

3.         Praktikum sains

4.         Sulap sains

5.         Seru – IT (Pembelajaran menggunakan teknologi seperti : Augmented Reality, praktikum menggunakan laboratorium maya rumah belajar, PHET Simulation, E-Modul dan Mobile aplikasi)

 

Adapun Tujuan program science center ini adalah :

 

1.         Peningkatan pemahaman materi pelajaran (IPA, IPS, Matematika)

2.         Terjaringnya siswa yang memiliki kemampuan akademik

3.         Menumbuhkan kecintaan siswa terhadap sains

4.         Mewakili sekolah untuk kegiatan KSN ( Kompetisi Sains nasional)

 

2.      Aksi Nyata

Langkah-langkah yang ditempuh oleh CGP dalam menjalankan aksi nyata ini yaitu:

a. Koordinasi dengan Kepala Sekolah
Langkah awal yang dilakukan CGP adalah melakukan Koordinasi dengan kepala sekolah yang dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2021. Pada saat koordinasi CGP menyampaikan tentang program science center dan ada penambahan kegiatan yang memanfaatkan teknologi pada science center, CGP mendapatkan dukungan dan tanggapan yang baik dari kepala sekolah, dan kepala sekolah menerima dan menyetujui program ini. Lalu membentuk TIM yang terdiri dari Kepala sekolah, CGP, dan guru IPA, IPS, Matematika

 

 

Gambar 1. Koordinasi dengan kepala sekolah

 

b. Sosialisasi dengan rekan guru

Sosialisasi dengan rekan Guru dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2021. Pada saat sosialisasi
program dengan rekan guru, CGP mendapatkan dukungan yang baik dan berharap agar program ini dapat dijadikan sebagai salah satu program unggulan sekolah.

Gambar 2. Sosialisasi dengan rekan guru

 

c. Koordinasi dengan wali kelas.

CGP melakukan koordinasi dengan wali kelas pada tanggal 27 Mei  2021 dan meminta data dari wali kelas peringkat 5 besar di kelasnya,  lalu meminta walikelas menyampaikan ke murid bahwa siswa yang masuk peringkat 5 besar wajib/disarankan mengikuti program science center.

Gambar 3. Koordinasi dengan walikelas

d. Sosialisasi dengan Wali Murid
Koordinasi denganwali murid dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2021. Dari hasil sosialisasi
program dengan walimurid, wali murid memberikan ijin kepada anaknya untuk mengikuti kegiatan science center. Sosialisasi dilakukan melalui telpon atau chat WA.

 

e. Sosialisasi dengan murid.
Sebelum dilaksanakannya kegiatan ini, CGP juga melakukan sosialisasi program kepada murid yaitu saat CGP melakukan pembelajaran baik menggunakan google meet/zoom atau saat CGP melakukan Guling (Guru keliling) atau mengajar ke rumah-rumah siswa. CGP memberi tahu akan ada program yang seru pada program science center, dan alhamdulillah program ini direspon baik oleh murid. Murid sangat antusias dan mendukung penuh program science center.

Gambar 4. Sosialisasi program science center saat Guling (Guru keliling)

Gambar 5. Sosialisasi science center saat pembelajaran daring menggunakan google meet

 

f. Pelaksanaan Aksi Nyata
Aksi nyata dilaksanakan mulai tanggal 2 juni 2021. CGP memberikan bimbingan soal olimpiade sains, guru matematika dan bahasa membimbing pendalaman materi AKM, murid melakukan praktikum sains, sulap sains, murid membuat alat peraga augmented reality, murid melakukan praktikum menggunakan laboratorium maya rumah belajar dan PHET Simulation.

Gambar 6. CGP membimbing pendalaman materi olimpiade sains

Gambar 7. CGP membimbing pendalaman materi olimpiade sains

 

Gambar 8. Guru matematika dan bahasa membimbing pendalaman materi AKM (Literasi dan numerasi)

 

Gambar 9. Murid melakukan praktikum

 

Gambar 10. Murid membuat alat peraga augmented reality

g. Hasil Aksi Nyata

Hasil dari aksi nyata ini adalah adanya peningkatan nilai akademik terutama materi IPA, IPS, dan matematika, murid menghasilkan alat peraga augmented reality, alat peraga sulap sains, dan 9 siswa mewakili sekolah pada ajang KSN tingkat kabupaten.

Gambar 11 . Murid melakukan pembelajaran dengan alat peraga augmented reality karya mereka

 

Gambar 12. Alat peraga sulap sains (Hukum Archimedes)

  

B.     PERASAAN (FEELING)


Perasaan yang muncul pertama kali pada saat diharuskan membuat sebuah program yang berdampak pada murid, melibatkan warga sekolah, wali murid dan masyarakat adalah saya pesimis. Kekhawatiran akan program ini tidak dapat berjalan, kekhawatiran akan kegagalan program ini, dan kekhawatiran saya akan murid-murid yang tidak mau mengikuti program ini. Namun, seiring berjalannya waktu keraguan itu hilang menjadi sebuah optimisme karena kepala sekolah, rekan guru, murid dan wali murid mendukung penuh program ini. Dukungan juga datang dari rekan-rekan CGP Kabupaten Tanggamus, dukungan dari pendamping juga menambah kepercayaan diri saya bahwa program ini akhirnya dapat saya lakukan dengan baik.

 

C.    PEMBELAJARAN ( FINDING)

 

1.    Aspek Keberhasilan


Hasil dari aksi nyata ini, murid dan guru merasa senang karena nilai mata pealajaran IPA, IPS dan matematika meningkat, siswa menghasilkan karya berupa alat peraga augmented reality, alat peraga sulap sains, terjaringnya 9 siswa untuk mengikuti ajang KSN tingkat kabupaten.

 

2.    Aspek Kegagalan


Aspek kegagalan dari aksi nyata iniyaitu belum semua peserta didik di SMP Negeri 3 Pugung dapat mengikuti program ini. Hal ini disebabkan karena tidak semua memiliki minat ataupun bakat pada bidang akademik. Ada sebagian siswa yang berbakat pada bidang seni maupun olahraga, sehingga kurang tertarik pada program science center. Ada sebagian siswa merasa sulit memahami materi soal olimpiade, sehingga ada siswa yang mundur dari program ini.

 

D.    PENERAPAN KE DEPAN (FUTURE)

Berdasarkan dari pembelajaran yang didapat baik dari segi keberhasilan maupun dari segi kegagalan ada beberapa rencana yang akan CGP lakukan sebagai perbaikan pelaksanaan di masa mendatang yaitu:

 

1.    kedepannya apabila pembelajaran sudah berjalan normal, CGP akan mengajak rekan guru,    wali kelas, dan murid untuk dapat menerapkan program ini, misalnya membuat jadwal bimbingan. Bimbingan dapat dilakukan secara daring ataupun luring

 

2.    Membuat perencanaan untuk dapat kembali berkomunikasi dengan kepada kepala sekolah, dan rekan guru, terutama guru IPS, matematika dan bahasa indonesia agar program ini dijadikan sebagai salah satu program unggulan. Program ini dibuat agar  murid mampu berkembang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman dan berkembang sesuai dengan potensi (minat dan bakat) yang mereka miliki dan guru dapat melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan dan berpihak pada murid sehingga terwujudnya merdeka belajar serta terbentuknya profil pelajar pancasila.

 

Minggu, 06 Juni 2021

7 Asset Dalam Komunitas

 

7 Aset/Modal Dalam Sekolah (SMPN 3 Pugung)



1.       Modal Manusia

Pemetaan modal atau aset individu merupakan kegiatan menginventaris pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki setiap warganya dalam sebuah komunitas.

Beberapa aset yang kami miliki di sekolah antara lain : kerajinan tangan, tari, bermain teater, solosong, sains center, olah raga, marching band

 

2.       Modal Sosial

Norma dan aturan yang mengikat warga masyarakat yang ada di dalamnya dan mengatur pola perilaku warga, juga unsur kepercayaan (trust) dan jaringan (networking) antara unsur yang ada di dalam komunitas/masyarakat. Modal sosial yang ada disekolah kami antara lain : Gerakan orang tua asuh, PGRI, Komite Sekolah

3.      Modal Fisik

Yang merupakan modal fisik adalah infrastruktur atau sarana prasarana.  Modal fisik yang ada disekolah kami anatara lain : Ruang Kelas, Laboratorium, Mushola, Perpustakaan, Aula, Lapangan Basket, WIFI, Kantor, Ruang Ekstrakurikuler

 

4.       Modal Lingkungan/alam

Adapun modal lingkungan/alam yang ada disekolah kami antara lain : Apotik Hidup, Pohon, Tanah, Bunga, Taman

 

5.       Modal Finansial

Dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang dapat digunakan untuk membiayai proses pembangunan dan kegiatan sebuah komunitas. Adapun modal Finansial yang ada di sekolah kami antara lain : Dana BOS, Koperasi sekolah, Dana Kesejahteraan (Suka Duka), Tabungan siswa.

 

6.       Modal Politik

Modal politik adalah ukuran keterlibatan sosial. Semua lapisan atau kelompok memiliki peluang atau kesempatan yang sama dalam kepemimpinan, serta memiliki suara dalam masalah umum yang terjadi dalam komunitas. Adapun modal politik yang ada di sekolah kami antara lain : Komunitas praktisi, Komite pelayanan kesehatan (Sekolah Sehat, Dinas lingkungan hidup (Sekolah Adiwiyata), ISP (Penyedia layanan jasa internet), PLN

 

7.       Modal Agama dan Budaya

Agama merupakan suatu sistem berperilaku yang mendasar, dan berfungsi untuk mengintegrasikan perilaku individu di dalam sebuah komunitas, baik perilaku lahiriah maupun simbolik. Agama menuntut terbentuknya moral sosial yang bukan hanya kepercayaan, tetapi juga perilaku atau amalan. Kebudayaan yang unik di setiap daerah masing-masing merupakan serangkaian ide, gagasan, norma, perlakuan, serta benda yang merupakan hasil karya manusia yang hidup berkembang dalam sebuah ruang geografis. Adapun modal agama dan budaya yang ada di sekolah kami antara lain : BBQ

Program Tahfidz, PHBI.

Manajemen Risiko

 

Analisis kejadian/musibah menggunakan manajemen risiko

Pada awal tahun 2020, sebuah sekolah di Jogjakarta melakukan kegiatan pramuka yang berakhir tragis. Tercatat lima korban meninggal karena tenggelam saat mengikuti kegiatan susur sungai. 



  1. Bagaimanakah pendapat Anda tentang kasus tersebut jika dikaitkan dengan manajemen risiko? 

Jawab :

Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis dari suatu rangkaian kegiatan; penetapan konteks, identifikasi,analisa, evaluasi, pengendalian serta komunikasi risiko. Risiko dalam sebuah program merupakan sebuah langkah awal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi segala sesuatu yang kemungkinan besar dapat terjadi, termasuk juga dalam merencanakan dan melaksanakan program atau kegiatan. Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan wajib melakukan rangkaian analisis dan metodologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan dan mengevaluasi risiko yang mungkin timbul dari pelaksanaan program/kegiatan sekolah.

menurut pendapat saya tentang kasus  sebuah sekolah di Jogjakarta yang melakukan kegiatan pramuka yang berakhir tragis, tercatat lima korban meninggal karena tenggelam saat mengikuti kegiatan susur sungai jika dikaitkan dengan manajemen risiko, panitia atau penyelenggara belum menerapkan manajemen risiko, panitia seharusnya melakukan identifikasi/observasi tempat, lalu menganalisis tempat tersebut, kira-kira membahayakan tidak tempat nya, aman tidak, dari segi alat safety/keselamatan juga harus disiapkan seperti pelampung, tali atau perahu karet sehingga kegiatan dapat diantisipasi segala sesuatu yang kemungkinan terjadi. Sehingga kegiatan susur sungai tidak memakan korban jiwa.

  1. Dengan pengetahuan yang Anda dapat dari tahapan Eksplorasi Konsep – Mandiri, bagaimana Anda akan mengatur ulang pelaksanaan program di sekolah dalam kasus di atas? Jelaskan tahap demi tahap yang akan Anda lakukan. 

Jawab :

Adapun tahapan manajemen risiko adalah sebagai berikut:

a.    Identifikasi jenis risiko

 Identifikasi Risiko adalah usaha untuk menemukan atau mengetahui risiko – risiko yang mungkin timbul dalam kegiatan yang dilakukan oleh lembaga/perusahaan atau perorangan. Setiap kegiatan sejak awal harus diidentifikasi,analisa, dan dievaluasi, jika perlu mengadakan simulasi, sehingga risiko dapat dihindari.

b.    Pengukuran risiko 

Pengukuran risiko adalah usaha untuk mengetahui besar atau kecilnya risiko yang akan terjadi. Hal ini dilakukan untuk melihat tinggi rendahnya risiko yang dihadapi, kemudian bisa melihat dampak dari risiko terhadap kinerja sekaligus bisa melakukan prioritisasi risiko, risiko yang mana yang paling relevan. Pengukuran risiko dilakukan setelah pengidentifikasian risiko. Hal ini dilakukan untuk menentukan relatif pentingnya risiko, untuk memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya. Dalam kasus diatas risiko tinggi mungkin akan menimbulkan korban jiwa, risiko rendah tidak menimbulkan korban jiwa.

c.    Melakukan strategi dalam pengendalian risiko

Pengendalian risiko di sini meliputi upaya untuk menyeleksi pilihan-pilihan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko negatif, atau memindahkan risiko yang akan muncul. Proses strategi pengendalian risikonya dilakukan dengan menerapkan dan melaksanakan program-program yang dilaksanakan. Dari program-program tersebut dapat dimaksudkan agar dapat menghindari risiko (risk advoidnace), mengurangi risiko (risk management), memindahkan risiko (risk transfer), penahanan risiko (risk retention).

d.    Melakukan evaluasi terus-menerus, maju dan berkelanjutan

Tujuan evaluasi risiko adalah memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. Jika kita memahami risiko dengan lebih baik, maka risiko akan lebih mudah dikendalikan. Evaluasi diperlukan sebagai kontrol kegiatan, apa yang harus dibenahi/diperbaiki, masukan-masukan dari berbagai pihak dapat digunakan untuk menghindari atau mengurangi risiko. Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan agar masalah-masalah yang ada dapat diselesaikan dengan baik.

 

Kamis, 15 April 2021

Tugas Modul 3.1 Koneksi Antar Materi (Pengambilan Keputusan)

 

Tugas Modul 3.1 Koneksi Antar Materi

Oleh :

Syukron Fuad, S.Pd.,Gr.

CGP Tanggamus Angkatan 1


Pengambilan Keputusan Dengan Filosofi Pratap Triloka KHD, Nilai dan peran guru penggerak, teknik coaching, paradigma dilema etika, prinsip pengambilan keputusan

 

  • Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Ki Hadjar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak”.  Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani. Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta ‘tangan dingin’ pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal.

Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.

Patrap Triloka adalah sebuah konsep pendidikan yang digagas oleh Suwardi Suryaningrat (alias Ki Hadjar Dewantara) selaku pendiri organisasi pergerakan nasional Indonesia yaitu Taman Siswa. Terdapat tiga unsur penting dan terkenal dalam Patrap Triloka atau dikenal dengan trilogi pendidikan taman siswa yaitu :

            1.  Ing ngarso sung tulodo

                Ing ngarso artinya didepan memberi contoh atau teladan yang baik

           2.  Ing madya mangun karso

               Ing madya mangun karso memiliki makna seorang pendidik harus dapat                                   menciptakan prakarsa atau ide atau gagasan.

          3.  Tut wuri handayani

Tut wuri handayani yang berarti  seorang pendidik harus bisa memberi arahan atau dapat juga diartikan dibelakang memberikan dukungan. Nah tutwuri handayani ini menjadi slogan pendidikan yang sudah tidak asing kita dengar, ajaran yang ke tiga ini kita sebagai guru hendaknya selalu memotivasi, mendampingi siswa kita agar kedepannya siswa kita mampu mandiri.

Prinsip pemikiran Ki Hadjar Dewantara sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 

Jika kita menerapkan pemikiran KHD, maka kita akan mudah dalam mengambil keputusan dalam memimpin pembelajaran. Dalam pengambilan keputusan ada beberapa hal yang hendaknya guru lakukan, yang pertama guru hendaknya terus menuntun atau membimbing muridnya (sesuai kodrat alam) agar murid dapat belajar secara mandiri dan dapat belajar dalam kondisi yang nyaman, tidak tertekan dalam belajar, kemudian yang kedua dalam membuat materi hendaknya pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik (kodrat alam) dan disesuaikan dengan perkembangan abad 21 (kodrat zaman).

 


  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai dan Peran Guru Penggerak :

1.    Mandiri

2.    Reflektif

3.    Kolaboratif

4.    Inovatif

5.    Berpihak pada Murid

 

Nilai-nilai diatas harus dimiliki oleh seorang guru, karena guru mempunyai peran besar dalam mewujudkan merdeka belajar pada anak, dan menajadikan siswa memiliki profil pelajar pancasila, yaitu : beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, kreatif, gotong royong, berkebhinekaan tunggal, bernalar kritis, dan mandiri. memiliki tekad belajar sepanjang hayat, serta memiliki kompetensi global untuk terus belajar dan berkolaborasi tanpa memandang perbedaan yang ada. Menumbuhkan sikap menerima dan menghargai keberagaman sangatlah penting untuk diperhatikan. Sekolah terdapat siswa yang berbagai macam suku, agama dan budaya. Jangan sampai terjadi gesekan yang dapat merusak kedamaian.  Sebagai pendidik kita berkewajiban mendidik anak dengan memberikan motivasi intrinsik pada siswa. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang, tidak perlu adanya rangsangan dari luar

Sebagai guru saya harus memotivasi siswa  agar siswa tergerak hatinya dalam mewujudkan merdeka belajar, denga motivasi intrinsik diharapkan siswa :

1.  Belajar tanpa adanya unsur paksaan, belajar dalam keadaan senang

2.  Jika ada masalah, dapat menyelesaikan masalah (menemukan solusi)

3.  Responsif (tanggap), jika ada sampah, tanpa disuruh siswa memungut

     sampah dan membuang pada tempat sampah

4.  Peduli

5.  Menghargai perbedaan/keragaman



  • Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. oleh sebab itu peran seorang coach (pendidik) adalah menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Dalam proses coaching, murid diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya. Dalam konteks pendidikan Indonesia saat ini, coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah. Coaching menjadi proses yang sangat penting dilakukan di sekolah terutama dengan diluncurkannya program merdeka belajar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Program ini dapat membuat murid menjadi lebih merdeka dalam belajar untuk mengeksplorasi diri guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan potensinya. Harapannya, proses coaching dapat menjadi salah satu langkah tepat bagi guru untuk membantu murid mencapai tujuannya yaitu kemerdekaan dalam belajar. Murid kita memiliki potensi yang berbeda-beda dan menunggu untuk dikembangkan. Pengembangan potensi inilah yang menjadi tugas seorang guru. Apakah pengembangan diri anak ini cepat, perlahan-lahan atau bahkan berhenti adalah tanggung jawab seorang guru. Pengembangan diri anak dapat dimaksimalkan dengan proses coaching. Coaching memiliki peran yang sangat penting karena dapat digunakan untuk menggali potensi murid sekaligus mengembangkannya dengan berbagai strategi yang disepakati bersama. JIka proses coaching berhasil dengan baik, kita sebagai guru dapat mengambil keputusan yang tepat agar masalah-masalah pembelajaran atau masalah eksternal yang mengganggu proses pembelajaran murid akan dapat diatasi .

 

·               Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika               kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Dalam pengambilan keputusan yang mengandung dilema etika yang harus dilakukan seorang pendidik yaitu dengan memperhatikan 4 paradigma antara lain :

1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)

2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term).

Selain itu, dalam pengambilan keputusan dengan memperhatikan 3 Prinsip pengambilan keputusan, ketiga prinsip ini yang seringkali membantu dalam menghadapi pilihanpilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi . Ketiga prinsip tersebut adalah:

1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Seorang pendidik dapat menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengambilan keputusan. Berikut adalah 9 langkah yang telah disusun untuk memandu kita dalam mengambil dan menguji keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya beberapa nilai-nilai yang bertentangan.

         1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

         2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

         3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

         4. Pengujian benar atau salah

         5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

         6. Melakukan Prinsip Resolusi

         7. Investigasi Opsi Trilema

         8. Buat Keputusan

       9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

 

  • Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan yang dihadapi adalah akan adanya hambatan atau tantangan ketika keputusan yang kita ambil tidak sesuai apa yang diharapkan orang lain.

  • Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Pengambilan keputusan yang baik akan berdampak pada hasil yang baik, sehingga mampu mendorong tumbuh kembang peserta didik secara holistik; aktif dan proaktif dalam belajar. Seorang pendidik juga hendaknya dapat mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik; serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan merdeka belajar.

 

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Pengambilan keputusan yang baik dalam pembelajaran dapat mewujudkan merdeka belajar dan terbentuk profil pelajar Pancasila. Profil pelajar Pancasila yang dimaksud adalah peserta didik yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, kreatif, gotong royong, berkebhinekaan global, bernalar kritis, dan mandiri. Dengan berbekal profil pancasila ini, seorang murid dapat menentukan masa depannya.

  • Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

“Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu”. Dengan teknik coaching kita dapat menggali potensi siswa, pengambilan keputusan yang tepat dapat dilakukan dengan memperhatikan 4 paradigma yaitu : 1. Individu lawan masyarakat (individual vs community) 2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) 3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term), dan memperhatikan 3 Prinsip pengambilan keputusan: 1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) 2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) 3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking), Serta 9 langkah pengambilan dan pengambilan keputusan :

         1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi
             ini.

         2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

         3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

         4. Pengujian benar atau salah

         5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

         6. Melakukan Prinsip Resolusi

         7. Investigasi Opsi Trilema

         8. Buat Keputusan

         9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Dengan tahapan-tahapan diatas maka akan terbentuk profil pelajar pancasila dan terwujudnya merdeka belajar.