Kamis, 15 April 2021

Tugas Modul 3.1 Koneksi Antar Materi (Pengambilan Keputusan)

 

Tugas Modul 3.1 Koneksi Antar Materi

Oleh :

Syukron Fuad, S.Pd.,Gr.

CGP Tanggamus Angkatan 1


Pengambilan Keputusan Dengan Filosofi Pratap Triloka KHD, Nilai dan peran guru penggerak, teknik coaching, paradigma dilema etika, prinsip pengambilan keputusan

 

  • Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Ki Hadjar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak”.  Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani. Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta ‘tangan dingin’ pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal.

Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.

Patrap Triloka adalah sebuah konsep pendidikan yang digagas oleh Suwardi Suryaningrat (alias Ki Hadjar Dewantara) selaku pendiri organisasi pergerakan nasional Indonesia yaitu Taman Siswa. Terdapat tiga unsur penting dan terkenal dalam Patrap Triloka atau dikenal dengan trilogi pendidikan taman siswa yaitu :

            1.  Ing ngarso sung tulodo

                Ing ngarso artinya didepan memberi contoh atau teladan yang baik

           2.  Ing madya mangun karso

               Ing madya mangun karso memiliki makna seorang pendidik harus dapat                                   menciptakan prakarsa atau ide atau gagasan.

          3.  Tut wuri handayani

Tut wuri handayani yang berarti  seorang pendidik harus bisa memberi arahan atau dapat juga diartikan dibelakang memberikan dukungan. Nah tutwuri handayani ini menjadi slogan pendidikan yang sudah tidak asing kita dengar, ajaran yang ke tiga ini kita sebagai guru hendaknya selalu memotivasi, mendampingi siswa kita agar kedepannya siswa kita mampu mandiri.

Prinsip pemikiran Ki Hadjar Dewantara sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 

Jika kita menerapkan pemikiran KHD, maka kita akan mudah dalam mengambil keputusan dalam memimpin pembelajaran. Dalam pengambilan keputusan ada beberapa hal yang hendaknya guru lakukan, yang pertama guru hendaknya terus menuntun atau membimbing muridnya (sesuai kodrat alam) agar murid dapat belajar secara mandiri dan dapat belajar dalam kondisi yang nyaman, tidak tertekan dalam belajar, kemudian yang kedua dalam membuat materi hendaknya pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik (kodrat alam) dan disesuaikan dengan perkembangan abad 21 (kodrat zaman).

 


  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai dan Peran Guru Penggerak :

1.    Mandiri

2.    Reflektif

3.    Kolaboratif

4.    Inovatif

5.    Berpihak pada Murid

 

Nilai-nilai diatas harus dimiliki oleh seorang guru, karena guru mempunyai peran besar dalam mewujudkan merdeka belajar pada anak, dan menajadikan siswa memiliki profil pelajar pancasila, yaitu : beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, kreatif, gotong royong, berkebhinekaan tunggal, bernalar kritis, dan mandiri. memiliki tekad belajar sepanjang hayat, serta memiliki kompetensi global untuk terus belajar dan berkolaborasi tanpa memandang perbedaan yang ada. Menumbuhkan sikap menerima dan menghargai keberagaman sangatlah penting untuk diperhatikan. Sekolah terdapat siswa yang berbagai macam suku, agama dan budaya. Jangan sampai terjadi gesekan yang dapat merusak kedamaian.  Sebagai pendidik kita berkewajiban mendidik anak dengan memberikan motivasi intrinsik pada siswa. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang, tidak perlu adanya rangsangan dari luar

Sebagai guru saya harus memotivasi siswa  agar siswa tergerak hatinya dalam mewujudkan merdeka belajar, denga motivasi intrinsik diharapkan siswa :

1.  Belajar tanpa adanya unsur paksaan, belajar dalam keadaan senang

2.  Jika ada masalah, dapat menyelesaikan masalah (menemukan solusi)

3.  Responsif (tanggap), jika ada sampah, tanpa disuruh siswa memungut

     sampah dan membuang pada tempat sampah

4.  Peduli

5.  Menghargai perbedaan/keragaman



  • Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. oleh sebab itu peran seorang coach (pendidik) adalah menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Dalam proses coaching, murid diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya. Dalam konteks pendidikan Indonesia saat ini, coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah. Coaching menjadi proses yang sangat penting dilakukan di sekolah terutama dengan diluncurkannya program merdeka belajar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Program ini dapat membuat murid menjadi lebih merdeka dalam belajar untuk mengeksplorasi diri guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan potensinya. Harapannya, proses coaching dapat menjadi salah satu langkah tepat bagi guru untuk membantu murid mencapai tujuannya yaitu kemerdekaan dalam belajar. Murid kita memiliki potensi yang berbeda-beda dan menunggu untuk dikembangkan. Pengembangan potensi inilah yang menjadi tugas seorang guru. Apakah pengembangan diri anak ini cepat, perlahan-lahan atau bahkan berhenti adalah tanggung jawab seorang guru. Pengembangan diri anak dapat dimaksimalkan dengan proses coaching. Coaching memiliki peran yang sangat penting karena dapat digunakan untuk menggali potensi murid sekaligus mengembangkannya dengan berbagai strategi yang disepakati bersama. JIka proses coaching berhasil dengan baik, kita sebagai guru dapat mengambil keputusan yang tepat agar masalah-masalah pembelajaran atau masalah eksternal yang mengganggu proses pembelajaran murid akan dapat diatasi .

 

·               Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika               kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Dalam pengambilan keputusan yang mengandung dilema etika yang harus dilakukan seorang pendidik yaitu dengan memperhatikan 4 paradigma antara lain :

1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)

2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term).

Selain itu, dalam pengambilan keputusan dengan memperhatikan 3 Prinsip pengambilan keputusan, ketiga prinsip ini yang seringkali membantu dalam menghadapi pilihanpilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi . Ketiga prinsip tersebut adalah:

1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Seorang pendidik dapat menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengambilan keputusan. Berikut adalah 9 langkah yang telah disusun untuk memandu kita dalam mengambil dan menguji keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya beberapa nilai-nilai yang bertentangan.

         1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

         2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

         3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

         4. Pengujian benar atau salah

         5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

         6. Melakukan Prinsip Resolusi

         7. Investigasi Opsi Trilema

         8. Buat Keputusan

       9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

 

  • Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan yang dihadapi adalah akan adanya hambatan atau tantangan ketika keputusan yang kita ambil tidak sesuai apa yang diharapkan orang lain.

  • Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Pengambilan keputusan yang baik akan berdampak pada hasil yang baik, sehingga mampu mendorong tumbuh kembang peserta didik secara holistik; aktif dan proaktif dalam belajar. Seorang pendidik juga hendaknya dapat mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik; serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan merdeka belajar.

 

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Pengambilan keputusan yang baik dalam pembelajaran dapat mewujudkan merdeka belajar dan terbentuk profil pelajar Pancasila. Profil pelajar Pancasila yang dimaksud adalah peserta didik yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, kreatif, gotong royong, berkebhinekaan global, bernalar kritis, dan mandiri. Dengan berbekal profil pancasila ini, seorang murid dapat menentukan masa depannya.

  • Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

“Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu”. Dengan teknik coaching kita dapat menggali potensi siswa, pengambilan keputusan yang tepat dapat dilakukan dengan memperhatikan 4 paradigma yaitu : 1. Individu lawan masyarakat (individual vs community) 2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) 3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term), dan memperhatikan 3 Prinsip pengambilan keputusan: 1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) 2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) 3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking), Serta 9 langkah pengambilan dan pengambilan keputusan :

         1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi
             ini.

         2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

         3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

         4. Pengujian benar atau salah

         5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

         6. Melakukan Prinsip Resolusi

         7. Investigasi Opsi Trilema

         8. Buat Keputusan

         9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Dengan tahapan-tahapan diatas maka akan terbentuk profil pelajar pancasila dan terwujudnya merdeka belajar.

 


2 komentar: