Ini Kisahku....
Kali pertama saya mendengar istilah pembaTIK yaitu pada tahun 2018, awalnya saya kira adalah program khusus untuk orang yang mau belajar membatik, dan saya kira juga khusus untuk guru seni budaya jika sasarannya adalah guru , tetapi setelah saya amati, tulisan TIK nya itu huruf besar, dalam hati pasti ini Teknologi, Informasi dan Komunikasi. Tidak lama kemudian teman satu angkatan alumni pendidikan fisika UNILA 2003 yang sekaligus guru SMP di propinsi banten, yang bernama Novi Trimaulida, S.Pd. membagikan video rumah belajar, dia meminta untuk disubscribe, tambah rasa penasaran saya, lalu saya searching di google saya ketikkan PembaTIK, disini saya menemukan jawabannya oh ternyata ada program pembaTIK dari kementrian pendidikan dan kebudayaan yang sasarannya adalah para guru-guru semua jenjang (SD, SMP dan SMA di Indonesia untuk menjadi duta rumah belajar. Pada waktu itu guru-guru yang berhasil sampai pada level 3 pada sudah ditetapkan menjadi sahabat rumah belajar masing-masing propinsi, nah kawan saya ibu Novi Trimaulida tu saya kira sudah menjadi duta rumah belajar karena sudah sosialisasi ke sekolah-sekolah, ternyata pada waktu itu 30 besar pada level 3. Lalu pada tahun 2019, rekan Pendidikan Profesi Dalam Jabatan (PPGDJ) Universitas Negeri Malang ibu Yanti share kegiatan PembaTIK, ibu Yanti juga sudah pada level 3, saya lihat beliau menggunakan rompi merah rumah belajar. Pada tahun 2019 saya sempat ingin ikut pembaTIK, tetapi karena amanah di sekolah waktu itu luar biasa, saya menjadi bendahara BOS, bendahara gaji, bendahara barang, pembina Ekskul sains, pembina ekskul parodi jadi saya urungkan untuk mengikuti program pembaTIK, dan saya juga belum memiliki bekal untuk mengikuti program pembaTIK, karena saya lihat ada produk video pembelajaran yang dihasilkan oleh para sahabat rumah belajar. Pada waktu itu saya sangat awam dengan editing video, saya ingin belajar video tetapi belajar dengan siapa. Walaupun saya memiliki youtube tetapi video yang saya buat hanya saya rekam lalu saya upload ke youtube.
Nah pada tahun 2019 ini saya gunakan untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan berbasis IT, seperti pelatihan pembuatan e-modul, pelatihan
membuat bahan ajar dengan google sites, pelatihan google doc, pelatihan
pembuatan aplikasi android menggunakan ms power point dan i-spring, pelatihan
pembuatan blog, pelatihan coding, pelatihan Augmented Reality (AR), didalam
pelatihan ini banyak ilmu yang saya dapatkan juga misal pembuatan soal online
menggunakan google form, menulis dengan mulut, teknik merekam layar baik
menggunakan laptop (fastone, bandicam) atau android (ez screen recorder. Untuk
editing video menggunakan kinemaster saya hanya melihat tutorial-tutorial yang
ada di youtube. Lalu pada tahun 2020 ini saya mengikuti beberapa pelatihan juga seperti
pelatihan DIDAMBA PPPPTK IPA yaitu pembuatan animasi pembelajaran menggunakan
poowtoon, di dalam grup ini juga ada yang berbagi ilmu tentang membuat video
pembelajaran menggunakan videoscribe sparkol. Berbekal inilah saya memberanikan
diri untuk mengikuti program PembaTIK 2020.
Saya tertarik mengikuti program pembaTIK karena saya
memiliki prinsip 3B, “apa itu 3B” ?. 3B adalah belajar, berkarya dan bermanfaat. Di rumah orang tua saya ada salah
satu tulisan kaligrafi hadits nabi yang
berbunyi uthlubul ‘ilma minal mahdi
ilallahdi, yang artinya tuntutlah ilmu sejak ayunan hingga liang lahat,
kaligrafi ini asli ditulis oleh almarhum bapak saya Drs. Zaini Amsir yang
ditulis pada sebuah kaca dan di tempel di dinding, jadi kaligrafi ini setiap
hari saya baca, singkat tapi sangat menancap di benak saya, saya harus belajar
kapan saja, dimana saja dan dengan siapa saja sampai akhir hayat, nah pesan
moral dari hadits ini saya harus terus belajar, belajar dan terus belajar.
Mengikuti program pembaTIK mengharuskan guru menguasai atau
minimal melek teknologi dibidang media pembelajaran, sehingga saya mengikuti
pembaTIK ini salah satunya adalah ingin terus mengupdate diri untuk
meningkatkan profesionalisme seorang guru terutama dibidang IT. Hasil dari
mengikuti pembaTIK saya harus menghasilkan sebuah karya. Kita lihat karya-karya
para ilmuwan, tokoh atau ulama. Sir Issac Newton dengan hukum Newtonnya,
Einstein dengan teori relativitasnya, buya Hamka, KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad
Dahlan, syaikh Nawawi Al bantani (ulama Mekah) yang berasal dari Indonesia
dengan buku dan kitab-kitabnya, Bapak Prof. Ing. BJ. Habibie dengan
teknologinya. Mereka secara fisik/jasad
mati, tetapi mereka tetap hidup dengan karya-karyanya. Guru mulia karena karya,
maka dari itu saya harus terus berkarya sehingga saya bisa memberikan manfaat
bagi orang lain, karena salah satu bekal yang dibawa mati adalah ilmu yang
bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar