Karakter merupakan watak, tabiat
atau kebiasaan yang ada dalam diri manusia. Ada yang mengatakan karakter adalah
sifat yang diwariskan oleh orang tua yang tidak bisa dirubah, sehingga ada yang
mengatakan kalau ada anak malas dibilang wajar karena orang tuanya malas,
apakah ini sepenuhnya betul. Einstein mengatakan kecerdasan hanya 1 % dari gen
yang diturunkan oleh orang tua, dan 99 % adalah ditentukan oleh usaha manusia.
Thomas Alfa Edison ketika masih duduk
dibangku sekolah dasar banyak yang menyebut sebagai anak yang bodoh bahkan
idiot, sebenernya thomas bukan bodoh tetapi ia merasa bosan dengan cara belajar
disekolah yang hanya duduk manis memperhatikan gurunya menjelaskan, kemudian
disuruh menghafal segala sesuatu yang telah dijelaskan oleh gurunya yang
menurut Thomas sama sekali tidak menarik, Thomas sering melontarkan pertanyaan
yang menurut gurunya aneh, seperti mengapa ayam berbulu dan manusia tidak,
pertanyaan ini dianggap pertanyaan bodoh oleh gurunya. Akhirnya orang tua
Thomas Alfa Edison dipanggil pihak sekolah, dan pihak sekolah menyatakan untuk
mengembalikan kepada orangtuanya. Thomas sempat bertanya pada ibunya, “ibu
apakah aku dikeluarkan dari sekolah karena aku bodoh”, jawab ibunya “tidak nak,
engkau tidak bodoh, hanya saja ibu ingin engkau selalu ada disamping ibu”,
sambil menahan rasa sedihnya. Ibu mana yang tidak sedih ketika anaknya
dikeluarkan dari sekolah.Thomas hanya bersekolah di sekolah formal selama 3
bulan. Nancy Matthews, seorang ibu yang luar biasa berusaha mendidik dan
mengembangkan minat Thomas. Dibawah bimbingan sang ibu Thomas belajar
materi-materi dasar sekolah, seperti membaca, menulis, dan berhitung. Sang ibu
juga memperkenalkan ilmu pengetahuan alam, sejarah, sastra kepada Thomas
melalui buku-buku. Karena minat Thomas yang tinggi pada percobaan, nancy pun
membuatkan laboratorium kecil dirumah.Akhirnya pada tahun 1879 thomas telah
berhasil menciptakan lampu listrik pertama yang dapat menyala selama 40 jam.
Keberhasilan Thomas ini bukan berarti dia tidak mengalami kegagalan, Thomas
mengalami 9.955 kali kegagalan, tetapi kegagalan tersebut merupakan
keberhasilan yang tertunda.
Berkaca dari cerita Thomas Alfa
Edison karakter pada dasarnya dapat diubah,dapat dibentuk melalui proses. Dalam
hal ini peran keluarga sangatlah penting untuk membentuk karakter anak. Banyak
orang tua hanya ingin nilai anaknya bagus diukur dari nilai matematik/akademik,
ketika nilai yang didapat kecil, maka orang tua akan marah,bahkan memukul
dengan kasar, orang tua tidak melihat sisi yang lain, mungkin dia berbakat
dibidang seni atau olahraga atau yang lain. Nah disini perlu kerjasama antara
orang tua dan guru untuk melihat potensi anak didik, dan bisa kita arahkan
untuk pembentukan karakter anak.
Gambar 1. Thomas Alfa Edison
Sumber gambar : www.idntimes.com
Dari sudut pandang budaya, karakter
merupakan warisan budaya bangsa. Bagi orang sunda ada istilah jadi orang sunda
kudu cageur (sehat jasmani dan
rohani), bageur (baik), pinter lalu ada istilah silih asah (saling menajamkan pikiran), silih asih (saling mengasihi), silih asuh (saling membimbing), dan
ini selalu ditanamkan oleh orang sunda. Orang jawa memiliki pedoman teposeliro (saling membantu), tenggang roso (saling menghargai), unggah ungguh (adab sopan santun) dan nerimo dan prinsip ini adalah merupakan
pendidikan karakter, bahkan aksara jawa honocoroko
ini memiliki makna kesetiaan, pengorbanan dan merupakan pendidikan karakter.
Bagi suku lampung juga memiliki 5
prinsip pendidikan karakter. Yang pertama adalah piil pesanggiri, yang artinya orang lampung memiliki harga diri
yang tinggi/bermoral tinggi, orang lampung harus bekerja keras, harus berjiwa
ksatria, dan memiliki rasa tanggung jawab, prinsip yang kedua adalah nemui nyimah yang berati orang lampung
menerima pendatang, sangat menghargai tamu, hormat dan sopan terhadap sesama. Pada tahun 12 Desember 1905 pemerintah belanda menjadikan lampung sebagai
daerah kolonisasi (program perluasan areal pertanian ), gelombang kedua tahun
1911 – 1939, gelombang ketiga terjadi ketika indonesia sudah merdeka, namanya
bukan lagi kolonisasi tetapi transmigrasi, sehingga saat ini di Provinsi
Lampung ada musium nasional transmigrasi, yaitu di daerah Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran Propinsi Lampung, artinya dari zaman dahulu orang Lampung
menerima pendatang. Prinsip yang ketiga adalah nengah nyappur yang berarti orang lampung punya prinsip harus
membangun daerah, membangun negeri, keharusan untuk bergaul ditengah-tengah
masyarakat dengan mengemukakan pikiran dan pendapat dalam bentuk musyawarah
mufakat. Prinsip yang keempat adalah bujuluk
buadok yang artinya orang lampung harus berjuang meningkatkan kesempurnaan
hidup, bertata tertib dan bertatakrama ada juga yang mengartikan orang lampung
memiliki panggilan (adok) gelar yang bisa menjadi teladan, contoh kakak
laki-laki orang lampung dipanggil kiyai, nah dengan dipanggil kiyai diharapkan
memiliki sifat seperti pak kiyai (orang yang ahli agama), contoh yang lain ada
julukan raja yang diharapkan bisa melindungi keluarga, dan masih banyak julukan
yang lain, prinsip yang kelima adalah sakai
sambayan yang berarti orang lampung mempunyai prinsip gotong royong atau kerjasama.
Gambar 2. Pintu gerbang museum nasional ketransmigrasian
sumber gambar : https://m.tribunnews.com/
Dewasa ini pendidikan karakter yang
telah diwariskan oleh nenek moyang kita sepertinya sudah mulai jarang diajarkan
kepada generasi berikutnya, apakah penyebabnya ? banyak faktor, mungkin
kesibukan orang tua dalam bekerja, sehingga kurangnya waktu bersama anak atau
tugas yang jauh orang tua dari keluarga, atau memang orang tua memang tidak
peduli terhadap anak, ada juga yang beranggapan tugas mendidik anak serahkan
saja pada ibu, pekerjaan ayah hanya mencari uang, sehingga bangsa ini mengalami
fatherless (hilangnya peran ayah
dalam keluarga). Jika kita lihat Al
qur’an surat Luqman disitu terdapat dialog antara ayah dan anak tentang
ketauhidan, yaitu jangan mempersekutukan ALLAH SWT (QS. Luqman : 13), ada juga
arahan Luqman kepada anaknya tentang setiap perbuatan manusia pasti ada
balasannya (QS. Luqman : 16), lalu dialog tentang amar ma’ruf nahi mungkar
yaitu suruhan untuk mengerjakan hal-hal kebaikan dan menghindari perbuatan
buruk/tercela (QS. Luqman : 17), lau dialog tidak boleh sombong/angkuh (QS.
Luqman : 18), Sehingga pada dasarnya
ayah memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter anak.
Menurut ilmu parenting, anak usia
0-2 tahun dekatkanlah dengan ibu (pemberian asi eklusif),usia 3 – 7 tahun dekatkan
anak dengan ayah, pada usia ini sangat
penting untuk menanamkan aqidah pada anak, usia 8 – 14 tahun anak perempuan
dekatkan dengan ibunya, anak laki-laki dekatkan dengan ayahnya pada usia ini
anak harus tahu identitasnya. Anak -laki laki harus jadi laki-laki sejati, yang
perempuan harus jadi perempuan sejati, jangan sampai terjadi laki-laki feminim,
dan perempuan maskulin, na’udzubillahi min dzalik , usia 15-17 tahun, anak
perempuan dekatkan dengan ayahnya, anak laki-laki dekatkan dengan ibunya. Usia
diatas 17 tahun diharapkan anak sudah memiliki bekal yang matang untuk
menghadapi tantangan hidup, dan sudah bisa mandiri.
Jika kita
perhatikan anak kita berada pada
lingkungan keluarga sekitar 16 jam atau 67% nya ada pada kendali orang tua,
sedangkan 8 jam atau 33 % nya ada dalam lingkungan sekolah, jadi pada dasarnya
keluarga mempunyai kontribusi yang besar terhadap perkembangan karakter anak,
ketika peran keluarga belum optimal dalam pembentukan karakter anak, maka
disinilah guru mempunyai peranan penting dalam pembentukan karakter, bahkan
pendidikan karakter ( character building)
sudah diintegrasikan dalam kurikulum sekolah. UU No 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang
menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
karakter serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, danmenjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter
seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai
secara afektif, dan
akhirnya ke pengamalan nilai secara
nyata.
Mengutip pernyataan mendikbud bapak Nadiem
Makariem : Menurut riset Stanley berikut ini adalah 10
faktor teratas yang akan mempengaruhi KESUKSESAN antara lain :
1. Kejujuran (Being honest with all People)
2. Disiplin keras (Being well-disciplined)
3. Mudah bergaul (Getting along with People)
4. Dukungan pendamping (Having a supportive
spouse)
5. Kerja keras (Working harder than most people)
6. Kecintaan pada yang di kerjakan (Loving my
career/business)
7. Kepemimpinan (Having strong Leadership
qualities)
8. Kepribadian kompetitif (Having a very
competitive spirit/Personality)
9. Hidup teratur (Being very well-Organized)
10. Kemampuan menjual Ide (Having an ability to
sell my Ideas/Products)
Membentuk karakter adalah kebutuhan utama.
Bangsa Indonesia bukan tidak butuh orang yg
pinter karena bangsa Indonesia sudah banyak orang pintar namun bangsa Indonesia
membutuhkan orang-orang yg mempunyai karakter beradab sopan santun dan ber
akhlak mulia.
Sebagai guru kita harus bisa
menciptakan kelas yang menyenangkan bagi siswa, jangan sampai terjadi kasus
seperti Thomas Alfa Edison yang jenuh tidak semangat belajar karena proses KBM
membosankan. Oleh karenanya guru harus terus belajar bagaimana membuat kelas
aktif menyenangkan, sehingga siswa tertarik untuk belajar. Sebagai guru IPA
terpadu (Fisika, Kimia, Biologi), ketika aku menjelaskan materi biologi yang
mayoritas teori, fakta yang terjadi adalah siswa cepat bosan, apalagi ketika
menjelaskan materi fisika yang banyak rumus hitungan aku selalu melihat siswa
malas untuk menghitung, lalu aku berfikir bagaimana agar pelajaran IPA disukai
siswa. Aku coba dengan percobaan sederhana misalnya saat menjelaskan hukum Archimedes
yaitu dengan menggunakan telur yang kita masukkan kedalam gelas dan posisi
telur itu tenggelam, lalu kita tambahkan dengan garam, maka posisi telur akan
sedikit demi sedikit terangkat, disitu siswa mulai tertarik, “loh pak ko
telurnya melayang”, lalu aku berkata “tambahkan lagi dengan air garam”, dan
siswa mengatakan “pak posisi telurnya terapung”. Dari sini siswa belajar dari
pengalamannya (Experiential Learning), siswa menemukan bahwa ketika air diberi
garam maka massa jenisnya akan bertambah, hal ini yang membuat telur akan
melayang dan terapung. Setelah percobaan lalu aku menjelaskan apa pengertian
gaya Archimedes dan kuberikan formula rumusnya Farch = ρ x v x g.
Dari kegiatan tersebut karakter yang dapat terbentuk yaitu tanggung jawab, mandiri, kerja keras, rasa ingin tahu, berpikir logis,
rasional dan analitis, kreatif dan inovatif, kerjasama, santun, saling
menghargai.
Selain dengan percobaan, kita coba pembelajaran
di luar kelas (out door), misalnya
materi tentang tumbuhan dikotil dan monokotil ajak siswa untuk menyebutkan
ciri-ciri tumbuhan dikotil dan monokotil secara langsung, misal untuk tumbuhan
dikotil siswa kita bawa menuju pohon mangga/jambu dan untuk tumbuhan monokotil
siswa kita bawa menuju pohon kelapa, contoh lain misalnya materi gerak
tumbuhan, seperti mengamati daun putri malu (gerak seimonasti), dari sini siswa belajar dari pengalaman, ada istilah “pengalaman adalah guru yang terbaik”.
Sebagai guru kita harus melibatkan peserta didik untuk aktif dalam kegiatan
belajar mengajar. Peran guru disini adalah sebagai fasilitator yaitu
mengarahkan siswa didik untuk dapat memecahkan masalah, menemukan solusi dari
berbagai permasalahan yang ada. Menurut
Mel Silberman (2001) memodifikasi dan memperluas pernyataan confucius yang
disebut dengan belajar aktif (active
learning), yaitu : apa yang saya dengar saya lupa, apa yang saya dengar dan
lihat saya ingat sedikit, apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau
diskusikan dengan beberapa teman saya mulai paham, apa yang saya dengar, lihat,
diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan, dan apa
yang saya ajarkan pada orang lain saya kuasai.
Selain membangun kognitif/pengetahuan
anak, ada yang lebih penting adalah membangun moral/sikap dan
psikomotorik/keterampilan. Bukankah orang yang terampil/kreatif adalah orang-orang
yang dicari dalam lembaga atau perusahaan. Sekarang banyak perusahaan mencari
karyawan dilihat dari kreatifitasnya, misal bisa membuat program atau aplikasi,
bisa bekerjasama dalam tim (team building).
Bahkan sekarang sudah ada perusahaan yang menerima karyawannya tidak harus
sarjana yang paling terpenting adalah memiliki keahlian.
Selain pembentukan karakter melalui
kegiatan kokurikuler (KBM), sekolah juga
harus menyediakan pembentukan karakter melalui kegiatan intrakurikuler (OSIS
dan Pramuka) maupun ekstrakurikuler seperti PMR, Pecinta Alam, BBQ, Paskibra,
UKS, Teater, Beladiri, Science center, English Club sehingga terbentuk
pengalaman belajar yang bermuara pada pendidikan karakter anak.
Tabel Contoh Pengintegrasian Pendidikan Karakter
Melalui Kegiatan Pengembangan Diri
(Sumber : Panduan
Pelaksanaan Pendidikan Karakter Bangsa, Puskurbuk, Januari 2011 dimodifikasi
oleh penulis )
Jenis
Pengembangan Diri |
Nilai-nilai
yang ditanamkan |
Strategi |
1. Pramuka
|
·
Demokratis ·
Disiplin ·
Kerja sama ·
Cinta tanah air ·
Toleransi ·
Peduli sosial dan lingkungan ·
Cinta damai ·
Kerja keras |
·
Latihan terprogram (kepemimpinan, Penegakan Disiplin
dan Tata tertib, Berorganisasi)
|
2. UKS dan PMR |
·
Peduli sosial ·
Toleransi ·
Disiplin ·
Komunikatif ·
Kerjasama |
·
Latihan terprogram ·
Kegiatan rutin bekerjasama
dengan puskesmas/ dinas kesehatan
|
3. KIR |
·
Komunikatif ·
Rasa ingin tahu ·
Kerja keras ·
Senang membaca ·
Menghargai prestasi ·
Jujur |
·
Pembinaan rutin ·
Mengikuti perlombaan ·
Pameran atau pekan ilmiah ·
Publikasi ilmiah secara internal |
4. Olahraga
|
·
Sportifitas ·
Menghargai prestasi ·
Kerja keras ·
Cinta damai ·
Disiplin ·
Jujur |
·
Melalui latihan
rutin (antara lain: bola voli, basket, tenis meja, badminton, pencak silat,
outbond) ·
Perlombaan olah raga ·
Mengikuti O2SN/KOSN |
5. Kerohanian
|
·
Religius ·
Rasa kebangsaan ·
Cinta tanah air
|
·
Beribadah rutin ·
Peringatan hari besar agama ·
Kegiatan keagamaan |
6. Seni
budaya/Sanggar seni
|
·
Disiplin ·
Jujur ·
Peduli budaya ·
Peduli sosial ·
Cinta tanah air ·
Semangat kebangsaan |
·
Latihan rutin ·
Mengikuti vokal grup ·
Berkompetisi internal dan eksternal ·
Pagelaran seni |
7. Kepemimpinan |
·
Tanggung jawab ·
Keberanian ·
Tekun ·
Sportivitas ·
Disiplin ·
Mandiri ·
Demokratis ·
Cinta damai ·
Cinta tanah air ·
Peduli lingkungan ·
Peduli sosial ·
Keteladanan ·
Sabar ·
Toleransi ·
Kerja keras ·
Pantang menyerah ·
Kerja sama |
·
Kegiatan OSIS ·
Kepramukaan ·
Kegiatan kerohanian ·
Kegiatan KIR ·
Kegiatan PMR |
8. Ekskul Sains
|
·
Tanggung jawab ·
Mandiri ·
Kerja keras ·
Rasa ingin tahu ·
Berpikir kritis, logis, rasional dan analitis, ·
Kreatif ·
Inovatif ·
Kerjasama |
·
Bimbingan Olimpiade ·
Praktikum sains ·
Mengikuti lomba olimpiade ·
Mengikuti OSN/KSN |
Experiential Learning merupakan salah
satu metode belajar yang menitik beratkan pada proses belajar melalui
pengalaman. Pengalaman bisa berupa melihat, mendengar, merasakan, melakukan.
Fase selanjutnya adalah proses penghayatan dan evaluasi sehingga pembelajaran
yang didapat tidak hanya sekedar mengetahui tetapi juga memahami.
Melalui metode experiantial learning
kita wujudkan generasi yang berkarakter, generasi yang memiliki kecerdasan
intelektual (IQ),kecerdasan Emosional ( EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ),
generasi yang yang beriman dan bertaqwa, jujur, disiplin, peduli, menghargai
orang lain, kerja keras, bertanggung jawab yang sesuai dengan tujuan pendidikan
dapat tercapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar